Selamat Datang di webBlog MTs. Rijalul Hikam Jatinagara untuk sementara webBlog sedang dalam perawatan, harap maklum bila tidak ada update data dan postingan (salam ADMIN)

Sabtu, 01 Juni 2013

01 Juni "Peringatan Hari Lahir Pancasila" : Sebuah Renungan


Hari ini 68 tahun yang lalu, Bung Karno berpidato di hadapan Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Bung Karno sengaja berpidato di akhir sidang untuk menyerap segala aspirasi dan segala ide dan pemikiran dari tokoh-tokoh founding fathers yang lain. Sebelum Bung Karno berpidato ada banyak tokoh mengemukakan apa yang harus menjadi dasar negara Negara Indonesia yang akan merdeka.
Tokoh Islam saat itu yang dikomandoi oleh Ki Bagus Hadikusumo (Muhammadiyah) dan KH Wahid Hasyim (Nahdatul Ulama) mengemukakan Islam sebagai Dasar Negara. Kaum nasionalis sekular antara lain Bung Hatta dan Mohammad Yamin menolak salah satu agama dijadikan sebagai dasar negara. Namun, kedua tokoh tidak secara eksplisit menyebutkan apa alternatifnya, hanya mengemukakan butir-butir dasar filosofis untuk negara Indonesia Merdeka.
Bung Karno sudah memahami situasi yang ada dalam persidangan BPUPKI. Beliau mencoba untuk mempersatukan dua golongan yang berseberangan ini. Semua hadirin saat itu sudah sangat kenal bahwa Bung Karno adalah orator ulung dan pidatonya bisa sangat punya daya pikat yang kuat. Dalam pidatonya beliau memuji kalangan Islam dan khususnya isi pidato Ki Bagus Hadikusumo.  Bung Karno sendiri sebenarnya termasuk tokoh nasionalis sekuler, namun berkali-kali menyatakan dirinya pengagum Muhammadiyah dan pernah berpesan jika beliau wafat dishalati oleh tokoh Muhammadiyah (keinginan Bung Karno akhirnya terkabul. Buya HAMKA yang mengimami shalat jenazah Bung Karno).
Dengan akalnya yang cemerlang, Bung Karno mencoba untuk melahirkan sebuah sintesa baru. Sintesa itu bernama Pancasila. Sebenarnya dasar-dasar yang diajukan oleh Bung Karno tidaklah luar biasa. Namun, karena pidato itu ditutup dengan sebuah istilah yang menarik: Pancasila, seolah-olah dasar negara Indonesia mempunyai alternatif baru. Dasar negara kita bukanlah agama, bukan pula sekuler. Tapi dasar negara kita adalah Pancasila.
Era sekarang ini banyak yang mengeluh Pancasila mulai dilupakan orang. Kita tahu di era globalisasi ini batas-batas wilayah dan geografis mulai melentur. Akibatnya, nasionalisme pun seakan tak punya daya pikat lagi di tengah-tengah masyarakat. Kita hanya merasakan sedikit geliat nasionalisme jika membela Timnas Indonesia di ajang sepakbola. Sayang sekali, tim kesayangan kita ini keok di semua ajang kompetisi. Bulutangkis juga sama nasibnya. Jadi, apa lagi yang bisa kita banggakan?
Kita mesti optimis. Indonesia sebenarnya negeri yang kaya raya. Sayangnya, terlalu banyak yang menggerogoti negeri kita ini. Mulai dari penjarahan ekonomi dari para penjajah asing berbulu neolib sampai pembangkrutan kekayaan domestik melalui aksi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dari para pejabat dalam negeri. Yang perlu diperbaiki adalah mental manusianya.
Saya ingat kisah Nabi Musa AS yang ingin membebaskan bangsa Bani Israel dari perbudakan di negeri Mesir. Setelah dibebaskan, ternyata bangsa Yahudi ini cinta dan pemujaannya pada materi bersimbolkan “patung sapi emas” sudah berurat dan berakar. Apa yang terjadi? Misi Nabi Musa AS mengantarkan bangsa Yahudi ke negeri yang dijanjikan (Palestina) tidak pernah selesai sampai sang nabi meninggal dunia.
Mental dan Spiritual adalah modal yang terlupakan oleh banyak manusia. Bagaimana dengan Pancasila? Tanpa kekuatan mental dan spiritualitas, Pancasila hanya ibarat menggunakan topi baja di tubuh para serdadu yang letoy tanpa keberanian.

sumber : kompasiana.com

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah yang baik dan sopan, no spam, sara dan sek!!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Desain oleh Admin (om Ogiew) | Website oleh MTs. Rijalul Hikam Jatinagara Jl. Raya Jatinagara 03, Dusun Wetan RT. 19/05 Desa/Kec. Jatinagara Kab. Ciamis 46273